horizontal banner

Friday, 5 October 2012

Cinta Yang Berpikir: Metode Pendidikan Charlotte Mason

Ketika saya mencari keluarga-keluarga lain pelaku homeschooling di Jakarta Selatan lewat milis SekolahRumah, saya kenalan dengan keluarga yang menerapkan sebuah metode homeschooling yang sebelumnya kurang akrab di kuping saya: metode Charlotte Mason. 

Kalau Montessori dan unschooling saya pernah dengar sebelumnya, namun Charlotte Mason saya baru dengar. Sayapun mencari tahu mengenai metode ini, karena nampaknya menarik. Dan setelah mencari tahu lebih jauh, akhirnya saya berkenalan dengan buku yang ditulis oleh Ibu Ellen Kristi yanng berjudul Cinta Yang Berpikir. Buku ini merupakan “pengantar“ sebelum kita berkenalan lebih akrab dengan metode pendidikan Charlotte Mason (CM).
Di buku ini dijelaskan singkat mengenai siapa itu CM, bagaimana metodenya, dan juga ada komparasi metode CM dengan metode-metode pendidikan lainnya terutama yang digunakan dalam homeschooling.
CM adalah wanita berkewarganegaraan Inggris yang merupakan salah satu tokoh pendidikan yang berpengaruh di dunia hingga saat ini. Beliau telah menulis pandangannya mengenai  pendidikan sebanyak 6 volume, dan di artikel ini saya akan sedikit memaparkan poin-poin penting yang menjadi “andalan” dan “pembeda” antara metode ini dengan metode lainnya. Berikut beberapa “andalan” dari metode ini yang praktis dan begitu berkesan buat saya pribadi: (untuk memahami metode CM, tidak cukup jika hanya membaca buku Cinta Yang Berpikir melainkan harus membaca keenam volume tulisan Beliau mengenai pendidikan)

  1.  Anak harus diekspos sebanyak mungkin dengan alam (nature) sejak dini, karena disitulah mereka akan belajar menggunakan panca inderanya secara maksimal, termasuk melatih kemampuan observasi, kemampun imajinasi, juga akan membuat anak-anak lebih bahagia serta lebih mengenal kepada Sang Pencipta dan ciptaanNya.
  2. Anak harus sejak dini disuguhkan buku-buku terbaik yang bermakna dan dapat menciptakan "relasi" dengan anak. CM menggunakan istilah "living book" untuk buku dengan kriteria demikian. Jadi disini, CM sangat pantang memberikan anak-anak buku-buku teks "kering" yang hanya bersifat "teoritis", tanpa "emosi" atau "makna" di dalamnya, sehingga setelah membaca buku-buku teks tersebut, anak hanya akan memahami teori yang ada, mungkin juga menghafalnya, namun karena kurang kesan ataupun makna yang ditangkap oleh anak, pemahaman ataupun hafalan tersebut tidak akan berdampak secara jangka panjang dan tidak akan tercipta "relasi" antara anak dengan buku tersebut. Contohnya adalah, ketika anak sedang mempelajari gaya gravitasi, tentunya akan sangat berbeda "dampaknya" antara anak yang disuguhkan buku teks berisi teori-teori mengenai gaya gravitasi, dengan anak yang disuguhkan buku biografi Isaac Newton dimana antara lain menceritakan bagaimana Isaac Newton melewati berbagai eksperimen sebelum akhirnya ia berhasil menemukan teori gaya gravitas:) :) :)
  3. Narasi. Dalam metode CM, pembelajaran terbaik bukanlah dengan menghafal atau dengan memberikan soal-soal berupa pilihan ganda ataupun essay, melainkan dengan meminta anak menarasikan apa yang baru ia baca. Jadi disini anak selalu diminta untuk menceritakan kembali "living book" yang baru ia baca. Dengan melakukan narasi, anak belajar mengumpulkan data, mengolahnya, mengklasifikasikannya, dan setiap elemen dalam otaknya akan bekerja untuk "mengeluarkan" kembali hasil pengolahan dan pengklasifikasian informasi tersebut. Ditambah, dengan melakukan narasi, kemampuan menulis maupun public speaking anak akan terus dilatih:)
  4. Jam belajar yang singkat. Metode ini sangat mementingkan latihan fokus dan konsentrasi bagi anak. Dalam mekanisme membaca living books saja, selalu ditekankan bahwa anak akan diminta untuk membuat narasi setelah ia membaca buku tersebut 1 kali. Bukan setelah 2 kali, ataupun 3 kali. Cukup 1 kali, dengan model slow reading.  Dengan latihan dan pembiasaan pemusatan konsentrasi anak seperti ini, jam belajar anak menjadi singkat. Untuk kelas 1 SD saja misalnya, anak cukup belajar dari jam 9.00 s/d jam 11.00. Dengan demikian, anak memiliki waktu luang yang banyak untuk mereka melakukan apa saja yang mereka minati, bermain di alam bebas, bergabung dengan berbagai komunitas ataupun klub olahraga, ikut kursus-kursus, ataupun menghabiskan waktu bersama keluarga.
Begitu luar biasanya metode ini sehingga tidak mungkin saya tuangkan dalam 1 artikel. Empat poin di atas barulah sebagian keciiiil saja dari penjabaran metode CM yang memandang pendidikan sebagai kehidupan, sebagai atmosfir, dan sebagai disiplin (education is a life, an atmosphere and a discipline).

Disadur bebas dari buku "Cinta Yang Berpikir" oleh Ellen Kristi dan dari amblesideonline.com.

Sumber Gambar: harmonyartmom.blogspot.com
     
     
     

No comments:

Post a Comment