horizontal banner

Monday 13 August 2012

Cara Mengajar Anak-Anak (Bagian Terakhir)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat alur cerita adalah:
  • Tujuan cerita harus jelas dan tidak terlalu banyak.
    • Sebagai contoh, dari kisah Daud & Goliat, kita dapat memperoleh banyak pelajaran yang dapat kita sampaikan ke anak-anak, misalnya agar anak-anak kita menjadi pemberani, selalu mengandalkan Tuhan dan lain-lain. Dari sekian banyak tujuan kita menceritakan kisah di atas, ambil 1 atau 2 saja untuk kita jadikan tujuan kita bercerita. Sama seperti apabila kita disuguhkan 20 makanan favorit kita, mungkin piring pertama s/d piring ke-5 kita masih dapat memakannya dengan lahap, namun masuk piring ke-6 dan seterusnya, tentu tidak akan lagi nikmat rasanya dan kita akan memuntahkannya. Demikian pula tujuan bercerita. Apabila dalam bercerita, tujuan yang hendak kita capai dalam diri anak-anak kita terlampau banyak, maka tidak satupun akan "nyantol" ke diri anak-anak kita.
    • Dalam sesi bercerita, tujuan cerita perlu diulang baik itu di awal cerita, di bagian tengah, dan terutama di bagian penutup. Dengan cara seperti ini, anak-anak akan lebih mendapatkan penekanan akan apa yang diharapkan dari mereka setelah mendengarkan cerita ini.
  • Pembukaan dan penutupan cerita harus dibuat semenarik mungkin.
    • Pembukaan dan penutupan cerita yang "hambar" akan membuat cerita secara keseluruhan menjadi tidak menarik.
    • Contoh-contoh pembukaan yang kurang menarik:
      • "Halo adik-adiiiik! Masih ingat cerita Kakak minggu yang lalu?" Kalimat bergaris bawah di atas umumnya akan membuat anak-anak "khawatir" akan ditanya sesuatu yang mereka sudah lupa. Dengan kekhawatiran ini, anak-anak menjadi kurang tertarik mendengarkan kita.
      • Dari awal sudah jadi guru "preman" alias marah-maraaah saja bawaannya:(
      • Menyebutkan nama-nama tokoh Alkitab yang akan diceritakan kisahnya. Tidak jarang anak-anak sudah hafal dengan cerita-cerita populer dalam Alkitab. Contoh: kisah Adam dan Hawa. Apabila dari awal kita sudah menyebutkan nama kedua tokoh ini, bisa jadi anak-anak akan mengatakan bahwa mereka sudah tahu cerita ini dan tentunya hal ini membuat mereka kurang tertarik untuk mendengarkan kita. Sebagai gantinya, di awal kita bisa memberikan ilustrasi yang mirip dengan kisah Adam dan Hawa sambil menyebutkan tujuan yang hendak dicapai dalam cerita tersebut, baru menyebutkan nama kedua tokoh di atas . Contoh: "Adik, adik, siapa disini yang pernah dibujuk sama teman untuk memberikan contekan?! Atau siapa yang pernah dibujuk sama teman untuk merokok?! Waaaah, adik-adik nurut nggak sama teman adik-adik waktu itu?"
  • Hal-hal yang perlu diperhatikan di tengah-tengah ketika bercerita:
    • Perhatikan kebiasaan-kebiasaan buruk kita yang mungkin terjadi, misalnya: memilin rambut, membenahi kacamata yang turun, agar jangan sampai mengganggu konsentrasi guru maupun murid.
    • Perhatikan agar pandangan kita tidak hanya ke satu sisi saja, melainkan memandang ke seluruh murid yang ada.
    • Gerak tubuh harus disesuaikan dengan cerita.
    • Intonasi suara harus disesuaikan dengan cerita. Hindari intonasi suara yang "datar".
    • Ekspresi wajah harus disesuaikan dengan cerita.
    • Gunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh anak-anak, namun hindari menggunakan bahasa "cadel" meskipun mengajar balita.
    • Menggunakan alat peraga sangatlah penting untuk meningkatkan daya tangkap anak-anak terhadap isi cerita.
  • Tindak lanjut.
    • Ketika kita bercerita dengan tujuan untuk pertumbuhan rohani maupun moral anak-anak, hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah menindaklanjuti pengajaran tersebut.
    • Tindak lanjut disini bertujuan untuk memastikan anak-anak kita mempraktekkan apa-apa yang telah mereka pelajari dari cerita yang kita sampaikan.
    • Tindak lanjut disini dapat dilakukan melalui obrolan melalui telepon, kunjungan ke rumah murid, atau melalui buku penghubung guru dan orangtua murid. Diharapkan dengan komunikasi semacam ini, penanaman pelajaran yang telah dilakukan guru dapat berbuah secara nyata dalam diri anak-anak.
Tips-tips ini saya dapat dalam konteks mengajar kelas Sekolah Minggu di Gereja, tentu tidak akan cocok untuk semua jenis pengajaran anak. Namun paling tidak, mudah-mudahan secara garis besar, dapat memberikan manfaat untuk kita semua tidak hanya bagi pengajar Sekolah Minggu:)

Sumber Gambar: Stuffapostolicslike.blogspot.com





Thursday 9 August 2012

Cara Mengajar Anak-Anak (Bagian 1 dari 2)

Saya adalah seorang guru Sekolah Minggu, yaitu kelas/ sesi pelayanan anak yang diadakan oleh Gereja. Sama seperti guru sekolah, tugas seorang guru Sekolah Minggu adalah mengajar anak-anak dengan metode yang menarik bagi anak-anak, seperti bercerita, mengadakan permainan dan sebagainya. Berhubung Sekolah Minggu umumnya hanya diadakan 1 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Minggu, belum lagi di tempat kami pelayanan ini dilakukan setelah ibadah umum selesai yang mengakibatkan anak-anak sudah agak lelah setelah mengikuti "ibadah orang dewasa", sudah tentu pengajaran dalam Sekolah Minggu yang disampaikan dengan tidak menarik akan menjadi isu yang harus ditanggulangi.  Cara penyampaian pengajaran yang menarik menjadi isu yang sangat penting.

Beberapa waktu lalu saya mengikuti pelatihan yang diberikan oleh Richness Generation Ministry, mengenai cara pengajaran anak-anak Sekolah Minggu yang baik, dan akan saya ulas sedikit catatan saya selama pelatihan tersebut. Mudah-mudahan ulasan singkat ini dapat menjadi masukan tidak hanya bagi para guru Sekolah Minggu, melainkan juga bagi Bapak-Ibu yang berkecimpung dalam bidang pengajaran anak-anak:)

Dasar-dasar cara penyampaian Firman Tuhan kepada anak-anak:

1. Bercerita/ mendongeng

Yang harus diperhatikan disini:

a. Buku pedoman mengajar hanyalah bersifat sebagai pelengkap.
Dilarang menghafal isi buku pedoman ini kata demi kata. Ada yang lebih penting dari buku pedoman mengajar ini, yaitu Alkitab itu sendiri. Jadi nas dalam Alkitab terkait pengajaran yang akan disampaikan harus dibaca secara utuh, jangan hanya mengandalkan buku pedoman mengajar tanpa membaca nas Alkitab terkait secara menyeluruh.

b. Fokus/ tujuan pengajaran adalah: Firman Tuhan dan Tuhan Yesus.
Fokus pengajaran cerita bukan mengenai si Guru Sekolah Minggu, melainkan mengenai Firman Tuhan. Dan ketika kita bercerita kisah-kisah Firman Tuhan yang menyebutkan karakter-karakter ataupun pencapaian-pencapaian tokoh-tokoh tertentu, tetap fokus pada Tuhan Yesus, bukan pada si tokoh A, tokoh B, atau tokoh C. Contoh: kisah Daud dan Goliat, disini yang hebat bukan Daudnya, melainkan Tuhan Yesuslah yang hebat yang dapat bertarung untuk Daud dalam mengalahkan Goliat.

Agar cerita menarik, yang perlu diperhatikan:

1. PERSIAPAN
Semakin besar seorang guru Sekolah Minggu mengasihi anak-anak Sekolah Minggu, semakin matang persiapannya. Dalam mempersiapkan diri untuk mengemban tugas mengajar anak-anak Sekolah Minggu, selalu libatkan Tuhan, libatkan Tuhan, libatkan Tuhan.

2. ALUR CERITA
Semakin baik guru Sekolah Minggu mempersiapkan diri untuk mengajar, semakin baik pula alur cerita yang akan disampaikan. Alur cerita ini sangat penting agar cerita yang disampaikan tidak menjadi cerita yang membosankan.

(Bersambung...)

Sumber gambar: turnbacktogod.com

Tuesday 7 August 2012

Anak Belajar Makan Sendiri

Ketika Ester berusia sekitar 8 bulan, saya menemukan di internet istilah "baby-led weaning" (BLW). Istilah ini mengacu kepada cara mengajarkan bayi untuk makan sendiri. Wuih, keren kah? Saya membayangkan, kalau sejak bayi Ester sudah bisa makan sendiri, pasti saya bisa melakukan banyak hal lainnya ketika Ester makan sendiri alias tidak perlu saya tunggui dan menyuapinya.

Sejak itu, saya ikuti cara BLW ini, yaitu dengan meletakkan makanannya di atas mejanya, dan membiarkannya menyentuh, memainkan, dan "bereksperimen" dengan makanan itu. Bahkan, meskipun saat itu Ester baru punya sekitar 4 gigi, makanannya dibiarkan tidak dihaluskan alias masih dalam bentuk potongan besar. Untuk yang terakhir ini, contohnya: wortel, brokoli, seledri dan lain-lain.

Namun ketika mendapat wawasan berupa "cara baru" dalam hal pendidikan/ pengasuhan anak, tentu tidak mungkin kita ikuti 100% kan ya, melainkan perlu kita sesuaikan dengan kondisi dan situasi keluarga kita masing-masing. Termasuk dalam hal BLW ini. Waktu itu saya berpikir, apabila saya menerapkan BLW ini 100% maka bisa jadi nutrisi yang masuk ke tubuh Ester kurang dari yang seharusnya, sehingga saya memilih untuk tetap menghaluskan makanannya dan menyuapinya s/d porsi yang seharusnya, dan baru selebihnya, saya terapkan BLW ini.

Alhasil, sekarang ini dimana Ester telah berusia 15bulan,  tak jarang Ester menolak untuk disuapi, malah lahap ketika "diijinkan" makan sendiri. Berantakan dan terkesan "jorok" memang, namun seperti yang saya baca mengenai BLW ini, saya percaya bahwa membiarkan anak makan sendiri di usianya yang masih dini, adalah salah satu modal baginya untuk kelak bisa mandiri:)

Friday 3 August 2012

Bersenang-senang Di Dapur!

Gara-gara beberapa hari lalu lihat Yosua sangat menikmati acara masak-memasak bersama Bapaknya, saya terinspirasi untuk membuat acara masak-memasak menjadi  kegiatan rutin Yosua sekali dalam 1 atau 2 minggu. Langsung saya berburu resep makanan yang dapat dilakukan oleh balita, kali ini saya dapat dari www.nickjr.com . Berhubung Yosua sering memainkan game Diego di website ini, saya langsung jatuh hati dengan makanan snack nan lucu berbentuk hutan ala Diego:) Langsung deh berburu bahan makanan dan cookie cutter berbentuk binatang ;) 

Siang-siang ketika adiknya tertidur, langsung saya dan Yosua mulai beraksi. Berhubung emaknya nggak pernah masuk dapur, ditambah khawatir Ester bangun lebih awal dari perkiraan, saya jadi menyiapkan bahan-bahannya dengan terburu-buru seperti dikejar polisi:) Yosua bantu menyiapkan keju, cream cheese dan biskuit sebagai pengganti pretzel stick yang tidak kami temukan di supermarket. Namun entah kenapa, Yosua masih belum mau “kotor”, sehingga ketika saya memintanya untuk mencuci daun seledri, yang biasanya Yosua suka “main air”, kali ini Yosua tidak mau kotor. 

Yosua nampak menikmati setiap proses yang ada, kecuali bagian menyiapkan bahan-bahan makanan :) Mulai dari menaruh cream cheese di piring, membuat pohon-pohonan dari seledri, membuat batang pohon dari biskuit, sampai mencetak keju dan daging ham menggunakan cookie cutter, semua nampaknya menyenangkan buat Yosua :)  Namun berhubung kami tidak berhasil menemukan cookie cutter berbentuk binatang, alhasil kami menggunakan cookie cutter berbentuk bunga. Lumayaan, masih nyambung dengan tema “jungle”-nya Diego :) :)

Nah, di bawah ini resep snack ala "jungle" yaa saya ambil dari www.nickjr.com...

Bahan-bahan:

1. 2 sendok makan soft vegetable cream cheese
2. 6 pretzel stick (bisa diganti dengan biskuit berbentuk stick)
3. 3 sendok makan daun seledri
4. 2 potong keju batang
5. 2 lembar daging ham
* Juga sediakan cookie cutter berbentuk binatang atau bentuk lainnya yang sesuai dengan tema.

Cara membuat:

1.Ambil 1 sendok teh cream cheese, dibentuk menjadi bulat dan masukkan pretzel stick ke salah satu sisi cream cheese berbentuk bulat tsb. di atas piring. Tambahkan daun seledri pada cream cheese tersebut sehingga nampak seperti daun pohon, dan diatur sedemikian rupa menyerupai pohon di atas piring.




2. Bentuk daging ham dan keju menjadi berbentuk binatang, menggunakan cookie cutter. Kemudian letakkan ham dan keju berbentuk binatang tersebut di bawah pohon-pohon yang telah dibuat tadi.



 

Selamat mencoba!
 


Thursday 2 August 2012

Melatih Keberanian Anak

Masih hubungan dengan melatih keterampilan berkomunikasi anak, kali ini Yosua kami minta untuk melakukan sendiri transaksi jual beli dengan “Ibu” Apotik. Ceritanya tadi ketika mampir ke Apotik, Yosua melihat ada snack favoritnya dijual di apotik tersebut. Dan ketika Yosua minta saya membelikannya, saya yang sedang menggendong si kecil sambil melakukan sebuah transaksi, meminta Yosua untuk melakukan “transaksinya” sendiri setelah memberikannya selembaran uang sepuluh ribu. Karena ini bukan yang pertama kali saya meminta Yosua melakukan hal itu, maka Yosuapun tidak keberatan. 

Hal yang lucu ketika Yosua dengan tingginya yang belum  110cm itu menyodorkan selembaran uang sepuluh ribu sambil “mengejar-ngejar” ibu penjual di apotik. Ibu penjual nampak masih melayani pelanggan lain, sehingga saya memberi kode kepada Yosua untuk mengantri di dekat pelanggan yang sedang dilayani tersebut. Masih sambil menyodorkan selembaran uang sepuluh ribunya, Yosua memanggil ibu penjual dengan volume suara yang nyaris tidak terdengar sehingga ibu penjual menoleh ke arah Yosuapun tidak:) Malah bapak-bapak di dekatnya yang menoleh dan tersenyum melihat Yosua. Dan sang bapakpun berinisiatif memanggil ibu penjual dan memberitahukan keberadaan pelanggan cilik yang dari tadi sudah tidak sabar ingin membeli snack favoritnya:) Yosuapun menunjuk snack yang diinginkannya dan segera menyerahkan uang selembaran di tangannya. Masih saya ingatkan dari belakang untuk tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada ibu penjual.  Dan Yosua nampak tersenyum puas. Puas akan keberaniannya. Bangga dan semakin percaya akan kemampuannya sendiri.

Hihihihi..anakku sudah berani:)