horizontal banner

Monday 26 November 2012

"Belajar" di Hari Libur


Sebagian besar penduduk Indonesia tentunya berprofesi sebagai karyawan. Kenapa saya begitu yakin? Karena sudah beberapa kali saya baca di surat kabar bahwa prosentase penduduk Indonesia yang berwirausaha hanyalah kurang dari 1%. Selain itu, sebagian besar anak-anak kita juga menuntut ilmu di sistem bernama sekolah. So? Itulah sebabnya (menurut saya ehm;) ), ketika tanggal merah, bukanlah saat yang tepat untuk berlibur ke luar kota. Dan bagi warga Jakarta, saat tanggal merah, bukanlah saat yang tepat untuk berlibur ke Puncak hehehe. Karena di tanggal itulah sebagian besar orang akan melakukan hal yang sama dan sebagian besar anak juga akan bepergian ke tempat yang sama.

Sekitar 2 minggu lalu ketika tanggal merah dan sambil menyaksikan macetnya jalan tol, dimana kami sampai berbalik haluan dan merubah rencana kami semula, saya sempat bergurau ke suami, "Coba kalau warga Jakarta kebanyakan pengusaha, mungkin kejadiannya bakal lain ya?:) "

Yang tadinya kami berencana mengunjungi kawan di Bogor, akhirnya kami berbalik arah ke arah Ciledug. Kalau ke arah balik biasanya tidak macet di musim liburan begini. Justru dari Ciledug orang-orang akan berbondong-bondong ke arah Bogor kali yaa ;) Rencana berubah, yang semula ingin mengunjungi kawan di Bogor, menjadi mengunjungi saudara kami di Ciledug. Meskipun baru dihubungi mendadak, puji Tuhan saudara kami ini ada di tempat dan memang tidak berencana untuk keluar rumah.

Setiba kami disana, kami ngobrol, doa dan makan bersama. Saudara kami ini adalah seorang Opung yang tidak lagi bersuami, punya anak 4 orang dan cucu 2 orang. Dari ke4 anaknya, 3 di antaranya tinggal serumah dengannya. Dan dari ketiga anaknya yang tinggal serumah ini, 1 di antaranya menderita cacat yang sudah memakan waktu puluhan tahun, dan dirawat oleh Opung dan oleh salah 1 anaknya. Inilah pekerjaan Opung dan anak bungsunya sehari-hari: merawat si sulung yang cacat sudah selama puluhan tahun.

Bagi saya yang belum terbiasa mengunjungi orangtua, kunjungan kali ini meskipun "dadakan" dan sederhana, mempunyai makna tersendiri bagi saya pribadi. Disini saya belajar menepis kepentingan sendiri untuk beberapa saat, dan "fokus" pada kepentingan Opung. Walaupun kenyataannnya sih saya tidak terlalu bisa banyak ngobrol dengan Opung karena harus mengawasi kedua anak kami bermain di teras depan. Ibu dan suami saya yang lebih banyak ngobrol dengan Opung.

1 hal yang juga menurut saya menarik adalah di rumah Opung dimana tidak tersedia mainan sama sekali, kedua anak kami nampaknya bisa menikmati "mainan-mainan" yang ada, yaitu sapu, pengki, sapu lidi dan tanah di teras depan hehehe..Dan selama sekitar 1 jam disana, tugas utama saya adalah mengawasi mereka dengan kesibukan mereka menggunakan “mainan-mainan” itu :D Hal menarik lainnya adalah mengamati raut wajah Opung yang bersukacita menerima kunjungan kami, termasuk bersukacita menyaksikan tingkah laku kedua bocah yang sibuk “membersihkan” teras rumah Beliau ;)

Meskipun kunjungan kami hanya memakan waktu sekitar satu jam, namun seperti saya sebutkan tadi, buat saya hari ini mengesankan. Dan ini tidak lepas dari, bahkan justru karena kesederhanaan dan spontanitasnya...Dan nampaknya anak-anak kami disini juga belajar sedikit mengenai kesederhanaan.  Belajar menikmati apa yang ada. Tidak merengek untuk yang tidak ada. Belajar memberi salam ataupun bergaul dengan Opung yang bukan kakek neneknya langsung. Belajar sopan santun di rumah orang lain. Ternyata banyak hal yang mereka dapatkan hari ini, di hari libur yang tanpa mall dan games ini;) Dan dalam perjalanan pulang, kami mampir sebentar ke supermarket untuk membeli bahan membuat cupcake untuk “bermain” di dapur bersama si sulung di sore harinya.

What a sweet holiday..:)



Saturday 10 November 2012

Kelas Ibu Profesional

Hari ini saya baru saja mengikuti sebuah kelas. Dari sekian banyak kelas yang pernah saya ikuti, entah itu jaman sekolah dulu, atau ketika masih meniti karir di sebuah perusahaan, ataupun kini setelah menjadi orangtua dari dua orang anak, kelas seperti tadi, yaitu kelas parenting, adalah salah satu kelas favorit saya:) Kelas yang diadakan oleh ibuprofesional.com ini ditujukan oleh para ibu maupun calon ibu, dengan topik: Membangun Mimpi Keluarga, Digital Mommie, dan Cara Jadi Magnet Uang dari Rumah. Pembicaranyapun seru-seru, yaitu Ibu Septi Peni Wulandari, founder Ibu Profesional; Mira Julia dari rumahinspirasi.com yang juga adalah co-founder Ibu Profesional; dan Ali Akbar pakar SEO kita:)

Sejak saya mengenal istilah homeschooling dan berhasrat untuk meng-homeschooling-kan anak-anak kami kelak, saya semakin bersemangat mengikuti kelas-kelas parenting. Materi-materi parenting sungguh menggugah saya, terutama terkait dengan pendidikan. Pendidikan anak. Ketimbang ilmu hukum, ilmu perbankan maupun ilmu MLM yang pernah saya dapatkan di masa lalu, ilmu parenting adalah ilmu yang selalu membuat saya passionate, bergairah. Dan bisa datang ke kelas seperti hari ini adalah kesempatan yang tidak boleh saya lewatkan.

Di topik yang pertama yaitu Membangun Mimpi Keluarga, saya berkenalan dengan Bu Septi. Beliau antara lain adalah pencipta Jarimatika yang begitu populer. Beliau juga adalah ibu dari 3 orang anak. Banyak kalimat yang diucapkan Beliau tadi yang menggugah saya, antara lain:
  1. Jika kita sebagai wanita bisa profesional di dunia kantor, mengapa kita tidak bisa profesional sebagai ibu rumah tangga?
  2. Jika kita bisa cantik dan rapi ketika hendak ke bank misalnya, mengapa kita tidak bisa cantik dan rapi ketika berada di rumah?
  3. Ketika kita bisa bersungguh-sungguh dalam pekerjaan kita di luar rumah, mengapa kita tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan kita di rumah?
  4. Ketika kita (bagi yang berprofesi guru) bisa bersungguh-sungguh saat mengajar anak orang, mengapa kita tidak bersungguh-sungguh ketika mengajar anak sendiri?
  5. Ciptakan impian bagi keluargamu! Dorong anak-anak kita untuk menciptakan impian mereka! Dream, share it, do it!
  6. Di dalam keluarga, sudah seharusnya seluruh anggota keluarga membahas apa yang dapat mereka lakukan untuk mencapai impian bersama, impian masing-masing, maupun apa yang dapat masing-masing lakukan untuk membantu anggota keluarga lainnya mencapai impiannya. Keluarga adalah tim. Jangan malah setiap anggota keluarga sibuk dengan kegiatan masing-masing dan hanya berada di rumah untuk tidur :( Jangan ketika di rumah hanya nonton TV bersama namun ketimbang membahas impian bersama, malah membahas gosip artis :(
  7. Saat kita memiliki impian, bagikan impian itu ke anggota-anggota keluarga kita maupun ke orang lain! Bahkan pengalaman Ibu Septi sendiri, setelah beliau menuliskan/ memvisualisasikan impian Beliau di vision board, beliau tunjukkan vision board tersebut ke banyak pihak. Disini beliau percaya bahwa ketika kita membagikan impian kita ke orang lain bahkan ke banyak orang, maka ini seolah-olah akan menjadi seperti magnet bagi kita untuk semakin dekat dengan impian kita. Mengapa? Karena dengan orang lain mengetahui impian kita, ketika mereka mempunyai informasi ataupun dorongan yang kita perlukan untuk meraih impian kita, mereka akan membagikannya kepada kita!
Dan setelah beliau menutup sesi pertama kelas dan Mba Mira Julia (Mba Lala) membuka sesi berikutnya, Mba Lala mengatakan bahwa Bu Septi ini adalah contoh seorang tokoh yang tidak hanya berhasil di luar rumah, namun yang lebih penting adalah seorang tokoh yang berhasil di dalam rumah, tentu bersama suami dan ketika buah hatinya :) :) :)  Mauuuuuu ;)

Berikutnya di sesi Mba Lala, Beliau kembali mengingatkan para peserta bahwa meskipun kita adalah ibu rumah tangga yang seolah-olah harus "mengubur" impian masing-masing demi membangun impian anak-anak, sesungguhnya di era informasi dan teknologi seperti saat ini, kita tetap dapat membangun impian kita. Dengan internet, segalanya menjadi mungkin:) Pengalaman Mba Lala sendiri, selain membangun impian keluarganya, beliau tetap membangun impiannya sendiri. Dan dengan bekerja dari rumah, "hanya" bermodalkan internet, beliau bisa mempelajari dan mempraktekkan ilmu yang didapatkannya tersebut demi membangun impiannya! Juga mauuuuuu ;)

Terakhir ada Pak Ali Akbar yang juga kembali mengingatkan para peserta bahwa internet dapat menjadi mesin pencetak uang yang dasyat. Untuk itu, yang perlu dikuasai adalah ilmu optimasi (terdiri dari: optimasi mesin pencari, optimasi jejaring sosial dan optimasi perangkat bergerak), bisnis dotkom alias sedot komisi alias makelar:), dan marketing alias makelar everything :D

Yang pasti, sesuai mengikuti kelas tadi, saya menjadi semakin bersemangat untuk membangun impian keluarga termasuk impian saya pribadi! Menjadi ibu rumah tangga fulltimer harus tetap eksis kaaaan ;)


Foto bareng Mba Mira Julia (Lala), salah 1 pembicara :)



Wednesday 7 November 2012

Belajar Lebih Kenal Alam



Saat ini saya sedang mempelajari metode pendidikan milik Charlotte Mason (CM). Dari sekian banyak pemikiran Beliau mengenai pendidikan anak, salah satunya adalah perlunya mendekatkan diri anak-anak dengan alam. Mmm..saya sendiri adalah tipe anak kota yang sedari kecil juga tidak terbiasa dengan yang namanya: alam. Bahkan, kayaknya nama tanaman yang saya tahu itu sebatas pohon kelapa, pohon palem dan pohon cemara :D Suami saya masih jauuuuuh mending dibanding saya. Suami saya masih hobi berkebun, karena memang terbiasa sejak kecil. Well, saya boro-boro. Saat masa-masa sekolahpun saya tidak pernah ikutan tuh yang namanya komunitas pecinta alam atau sejenisnya. 

Namun ketika mempelajari pemikiran CM, saya belajar betapa pentingnya memperkenalkan alam ke anak-anak sejak usia dini. Sayapun menyadari, betapa manusia bisa belajar banyak dari alam. Selain manusia dapat belajar banyak dari alam, manusia juga harus belajar banyak mengenai alam, karena memang hidup manusia tergantung darinya. Dan di era teknologi informasi dan jaman serba instan seperti sekarang, banyak hal yang dapat kita pelajari dari alam yang tidak mungkin kita dapatkan dari gadget atau darimanapun. 

Sejak mempelajari CM, cara berpikir saya mulai bergeser. Yang tadinya tidak terpikir bagi saya untuk mengajak anak-anak piknik di taman di kota sehingar-bingar dan sesemrawut kayak Jakarta, beberapa waktu lalu saya mengajak mereka piknik di Kebun Binatang Ragunan. Yang tadinya saya sama sekali tidak tertarik untuk berkebun, saya belajar mulai "menyentuh" tanah dan bertanya ke ART di rumah mengenai cara berkebun:D Yang tadinya tidak terpikir oleh saya untuk mengijinkan anak saya yang masih 1,5 tahun untuk bermain tanah, sekarang saya ijinkan. Yang tadinya kurang peduli dengan proses pembuatan teh, sekarang ketika berkunjung ke kebun teh, saya belajar lebih peduli:)

Saya menyadari bahwa pengalaman-pengalaman saya bersama suami dan anak-anak kami untuk mengenal alam lebih dekat mungkin tidak akan terasa "natural" bagi saya mengingat saya belum terbiasa "dekat" dengan alam. Namun saya ingin belajar. Saya ingin belajar mulai hal-hal yang kecil: berteriak lepas bebas di alam bebas, memetik bunga-bunga liar dan memperhatikan keindahan serta mencium bau semerbaknya, memperhatikan keindahan pohon-pohon dengan aneka rupa daunnya, serta memperhatikan ulah binatang yang lucu-lucu walau kadang mengagetkan. 

Saya percaya, ketika kami ingin anak-anak kami lebih akrab dengan alam..ketika kami ingin anak-anak kami lebih kenal siapa Tuhannya melalui alam..ketika kami ingin anak-anak kami lebih cinta alam sehingga kelak mereka bukannya merusak melainkan melestarikan alam, maka kami sebagai orangtua harus mulai lebih akrab, mulai lebih kenal, mulai lebih cinta alam terlebih dahulu:)
Anakku Yosua, 5 th, sedang menikmati udara sejuk ;)

Ester, 1,5 th, sedang memperhatikan bunga liar di tangannya :)


it's time for picnic!;)