Sebagian besar penduduk Indonesia tentunya berprofesi
sebagai karyawan. Kenapa saya begitu yakin? Karena sudah beberapa kali saya
baca di surat kabar bahwa prosentase penduduk Indonesia yang berwirausaha
hanyalah kurang dari 1%. Selain itu, sebagian besar anak-anak kita juga
menuntut ilmu di sistem bernama sekolah. So? Itulah sebabnya (menurut saya
ehm;) ), ketika tanggal merah, bukanlah saat yang tepat untuk berlibur ke luar
kota. Dan bagi warga Jakarta, saat tanggal merah, bukanlah saat yang tepat
untuk berlibur ke Puncak hehehe. Karena di tanggal itulah sebagian besar orang
akan melakukan hal yang sama dan sebagian besar anak juga akan bepergian ke
tempat yang sama.
Sekitar 2 minggu lalu ketika tanggal merah dan sambil
menyaksikan macetnya jalan tol, dimana kami sampai berbalik haluan dan merubah
rencana kami semula, saya sempat bergurau ke suami, "Coba kalau warga
Jakarta kebanyakan pengusaha, mungkin kejadiannya bakal lain ya?:) "
Yang tadinya kami berencana mengunjungi kawan di Bogor,
akhirnya kami berbalik arah ke arah Ciledug. Kalau ke arah balik biasanya tidak
macet di musim liburan begini. Justru dari Ciledug orang-orang akan berbondong-bondong
ke arah Bogor kali yaa ;) Rencana berubah, yang semula ingin mengunjungi kawan
di Bogor, menjadi mengunjungi saudara kami di Ciledug. Meskipun baru dihubungi
mendadak, puji Tuhan saudara kami ini ada di tempat dan memang tidak berencana
untuk keluar rumah.
Setiba kami disana, kami ngobrol, doa dan makan bersama.
Saudara kami ini adalah seorang Opung yang tidak lagi bersuami, punya anak 4
orang dan cucu 2 orang. Dari ke4 anaknya, 3 di antaranya tinggal serumah
dengannya. Dan dari ketiga anaknya yang tinggal serumah ini, 1 di antaranya
menderita cacat yang sudah memakan waktu puluhan tahun, dan dirawat oleh Opung
dan oleh salah 1 anaknya. Inilah pekerjaan Opung dan anak bungsunya
sehari-hari: merawat si sulung yang cacat sudah selama puluhan tahun.
Bagi saya yang belum terbiasa mengunjungi orangtua,
kunjungan kali ini meskipun "dadakan" dan sederhana, mempunyai makna
tersendiri bagi saya pribadi. Disini saya belajar menepis kepentingan sendiri
untuk beberapa saat, dan "fokus" pada kepentingan Opung. Walaupun
kenyataannnya sih saya tidak terlalu bisa banyak ngobrol dengan Opung karena
harus mengawasi kedua anak kami bermain di teras depan. Ibu dan suami saya yang
lebih banyak ngobrol dengan Opung.
1 hal yang juga menurut saya menarik adalah di rumah Opung
dimana tidak tersedia mainan sama sekali, kedua anak kami nampaknya bisa
menikmati "mainan-mainan" yang ada, yaitu sapu, pengki, sapu lidi dan
tanah di teras depan hehehe..Dan selama sekitar 1 jam disana, tugas utama saya
adalah mengawasi mereka dengan kesibukan mereka menggunakan “mainan-mainan” itu
:D Hal menarik lainnya adalah mengamati raut wajah Opung yang bersukacita
menerima kunjungan kami, termasuk bersukacita menyaksikan tingkah laku kedua
bocah yang sibuk “membersihkan” teras rumah Beliau ;)
Meskipun kunjungan kami hanya memakan waktu sekitar satu jam,
namun seperti saya sebutkan tadi, buat saya hari ini mengesankan. Dan ini tidak
lepas dari, bahkan justru karena kesederhanaan dan spontanitasnya...Dan
nampaknya anak-anak kami disini juga belajar sedikit mengenai kesederhanaan. Belajar menikmati apa yang ada. Tidak
merengek untuk yang tidak ada. Belajar memberi salam ataupun bergaul dengan
Opung yang bukan kakek neneknya langsung. Belajar sopan santun di rumah orang
lain. Ternyata banyak hal yang mereka dapatkan hari ini, di hari libur yang
tanpa mall dan games ini;) Dan dalam perjalanan pulang, kami mampir sebentar ke
supermarket untuk membeli bahan membuat cupcake
untuk “bermain” di dapur bersama si sulung di sore harinya.
What a sweet holiday..:)