horizontal banner

Sunday 27 September 2015

Jalan-Jalan Backpackeran Keluarga : OASE Backpacker Family (part 1 of 4)

Kemarin kami baru saja pulang dari Jawa Tengah dalam perjalanan bersama rombongan selama 7 hari Jakarta-Semarang-Yogya-Temanggung-Salatiga-Jakarta.Perjalanan yang sungguh menarik buat saya pribadi dan kedua anak kami, Yosua dan Ester (8 tahun dan 4 tahun). Selain karena perjalanan ini bisa dikatakan sebagai perjalanan backpacker-an alias nomaden dengan biaya seirit mungkin (naik kereta ekonomi, di mobil berhimpit-himpitan bahkan ada yang tanpa AC, dan ramai-ramai menginap di 1 rumah yang sama), yang juga membuat perjalanan ini menarik adalah karena perjalanan ini dilakukan bersama rombongan Klub Oase, sebuah komunitas keluarga dimana para orangtuanya tidak menyekolahkan anak-anaknya di sekolah formal, melainkan bahasa kerennya sih: homeschooling. Sekitar 10 keluarga, dengan beraneka latar belakang, menempuh perjalanan yang bertajuk "tour the talent". Maksudnya adalah, para orangtua yang tidak menyekolahkan anak-anaknya ini ingin belajar dari para "talent" atau "expert" yang tersebar mulai dari Semarang, Jogya, Temanggung, hingga Salatiga. Dan efek sampingnya tentu saja, anak-anakpun ikut-ikutan belajar mulai dari belajar ilmu yang dibagikan para expert hingga belajar bersabar karena harus mengantri sebelum masuk ke kamar mandi (maklum, 3 malam terakhir kami ber-40 harus bergantian menggunakan 1 kamar mandi :-) ).

Sekitar 2 minggu sebelum hari H, kami para peserta sudah heboh baik itu di forum sosmed maupun persiapan masing-masing di rumah. Berhubung ini pengalaman backpacker-an saya dan anak-anak yang pertama (sayang suami tidak bisa ikut karena tugas kantor), saya beberapa kali mengingatkan anak-anak di rumah bahwa perjalanan ini tidak akan menjadi perjalanan yang nyaman mengingat jenis transportasi maupun akomodasi yang sudah ditetapkan.  Namun saya dan suami juga katakan kepada mereka bahwa kami para orangtua maupun anak-anak akan belajar banyak hal disana yang belum tentu dapat dipelajari di Jakarta. Misalnya belajar makan makanan seadanya yang disediakan tuan rumah, belajar toleransi terhadap kebiasaan/ kekurangan orang lain, maupun belajar beradaptasi dengan lingkungan baru.

Dan sebenarnya rencana perjalanan ini dilakukan begitu spontan alias dadakan :-) Berawal dari beberapa teman kami yang tengah membicarakan satu tempat di Salatiga, tempat tinggal salah satu teman kami juga, lalu pembicaraan berkembang menjadi rencana berkunjung kesana, lalu berkembang lagi hingga rencana mengunjungi beberapa tempat di beberapa kota sekaligus, memanfaatkan networking teman-teman yang ada :-) #dasar nggak mau rugi hehehe.. Dan yang lucu, sebenarnya beberapa hari sebelum keputusan rencana backpacker-an ini dibuat, kami semua baru saja pulang dari acara Fesper2015 alias Festival Pendidikan Rumah selama 3 hari 2 malam di Cibodas..jadi judulnya nih, buat kami dan sebagian keluarga lainnya, kantong lagi bokek dan belum kebayang untuk melakukan perjalanan keluar kota dalam waktu dekat..Eeh nggak disangka-sangka, justru konsep perjalanan backpackeran dan uncomfortable journey yang "di-blast" teman-teman di group whatsapp malah menjadi magnet yang begitu kuat menarik hampir 50% dari teman-teman Klub Oase untuk bergabung dalam perjalanan 7 hari berguru pada para "talent" yang tersebar di Jawa Tengah :-) Bahkan tidak tanggung-tanggung, hanya dalam waktu sekitar 3 hari sejak pertama kali pengumuman rencana perjalanan ini di-blast, sebelum pendaftaran ditutup, tidak kurang dari 40 orang (dewasa dan anak-anak) telah memutuskan untuk bergabung! Dan di antaranya adalah 4 balita dan 1 bayi berumur 8 bulan!! :-)

Dan tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Kereta kami dijadwalkan berangkat dari Stasiun Pasar Senen pada Kamis, 17 September 2015 pk. 23.00 dan tiba di Stasiun Semarang Poncol pada pk. 6.00. Anak-anak kami pun tidur hampir selama perjalanan di kereta (maksudnya yang balita yang cepat tidur.. kalau yang anak-anak besarjangan ditanya: mereka nggak bakalan tidur kalau nggak dipaksa :-) ). Berhubung kursi kereta ekonomi tidak bisa "reclined", sayapun mengikuti jejak para orangtua lain untuk selonjoran di bawah beralaskan koran. Ini juga saya lakukan agar anak-anak bisa bebas selonjoran di bangku mereka.

Tiba di Stasiun Semarang Poncol

Saat tiba di semarang, kami dijemput oleh tim Pak Ilik Sas, tuan rumah yang akan menjamu dan berbagi ilmu pada kami selama kami di Semarang dari pagi hingga sore hari. Saat tiba di rumah beliau, sarapan pagi khas Jawa Tengah dan matras-matras yang disusun rapi telah menyambut kami :-)  Kamipun bebas beristirahat dan menyantap sarapan yang disajikan. Sekitar pk. 9.30 kamipun mendengar Pak Ilik berbagi mengenai jaringan yang dibentuknya: Jaringan Rumah Usaha (JRU).  Ternyata  usaha beliau antara lain adalah bidang graphic design , dan selain itu misi beliau adalah mengajak pemuda-pemuda yang sebelumnya "bermasalah" untuk "memulai hidup baru" dengan jalan menggali potensi diri untuk kemudian memulai usahanya dan berkontribusi bagi diri sendiri dan orang lain. Dan teman-teman yang sebelumnya "bermasalah"pun telah mampu menunjukkan potensi diri dan bermanfaat bagi banyak orang. Seperti salah satu pemuda yang sebelumnya narkoba namun sekarang telah lepas dari itu dan dapat menciptakan passive income dari karya-karya musiknya yang dapat dinikmati oleh pasar dari seluruh dunia melalui media internet. Dan pemuda lainnya memiliki kemampuan membuat presentasi powerpoint yang menarik sehingga iapun menjual jasa pembuatan presentasi dari klien-kliennya yang sebagian besar adalah berasal dari luar negri. Dan tidak hanya para pemuda yang berhasil membangun usahanya dan mengubah nasib hidupnya, seorang wanita lumpuh juga tidak tenggelam dalam keterpurukan melainkan mampu menggali potensinya. 

Mendengar presentasi dari Tim JRU



Bersama Pak Ilik sekeluarga

Setelah sesi berbagi pagi itu yang kemudian dilanjutkan acara makan siang (mulai dari pagi hingga siang, makanannya berlimpah euyy.. ). Anak-anak asyik bermain sejak pagi, mulai dari bermain perang-perangan dengan bantal matras (menggunakan satu ruangan besar yang setelahnya digunakan untuk sesi sharing pagi hari) hingga sekedar selonjoran di matras sambil menggambar, bermain origami, maupun bermain video games.

Ester bareng teman2nya: Yanthi dan Dotie

Yosua menggambar ditemani Abi, temannya


Dan setelah makan siang, kamipun pergi menuju Plasa Telkom, hendak berpartisipasi dalam acara forum wedangan yang merupakan forum rutin JRU 3 bulanan. Forum kali ini mengambil tema "Rumahmu, Mentalmu", dengan pembicara Mas Aar Sumardiono dan Mira Julia, Mba Septi Peni Wulandari serta Bp. Prie G.S. Para pembicara berbicara mengenai pandangan mereka mengenal pilihan mereka untuk tidak menyekolahkan anak-anak mereka di lembaga sekolah formal. Yang paling seru adalah pembicara yang terakhir, karena disini dengan gayanya yang penuh banyolan dan sindiran yang provokatif namun sangat menggelitik, beliau mampu membuat kami para orangtua homeschooler bercermin pada diri sendiri. Mulai dari kisah beliau yang kaget bukan kepalang saat anaknya memberitahukan nilai matematikanya yang di bawah nilai 5 namun beliau berusaha sekuat tenaga untuk tetap tersenyum dan menerima "apapun" yang disuguhkan si anak (sebelum memutuskan untuk homeschooling, anaknya sempat bersekolah di sekolah formal), sampai kisah  leganya beliau saat anaknya tidak lagi belajar di sekolah formal namun berubah galau saat melihat anaknya yang masih tidur tatkala beliau berangkat kerja dan juga tetap tidur saat beliau pulang kerja (beliau jadi berpikir, "Jangan-jangan anakku bisanya tidur doang..!? :-) ). 

Yang sungguh menarik dari acara forum ini adalah Pak Ilik selaku pembawa acara begitu santai dengan gaya berbicaranya yang didominasi dengan bahasa Jawa..dan beliaupun memberi kesempatan bagi para audience untuk memperkenalkan diri mereka: mulai dari kami, lalu teman-teman dari komunitas wirausahawan perempuan, hingga teman-teman dari komunitas jazz di Jawa Tengah..Dan gaya mereka memperkenalkan diripun begitu santai, masih diwarnai dengan bahasa Jawa, dan ditanggapi oleh Pak Ilik dengan gaya khas nya yang penuh canda..ditambah lagi acara forum ini diwarnai dengan nampan-nampan penuh cemilan khas Indonesia yang berlimpah :-) Wooww, pengalaman pertama nih ikutan forum dengan pembicara keren-keren, suasana forum yang kekeluargaan ditambah cemilan berlimpah :-D

Pak Prie G.S   berbagi pengalamannya sebagai ortu homeschooler: kocak bingits!!


Lucunya lagi, karena Klub Oase hadir dengan sekitar 20 anak dimana lebih dari setengahnya masih di bawah 9 tahun, jangan heran kalau melihat anak-anak berseliweran di dekat panggung, malah beberapa anak (termasuk anakku!!! :-) ) nampak tidur-tiduran di dekat podium dengan beralaskan bantal! Walah, nggak tahu harus kesal atau bangga melihat anak sendiri tidur di dekat podium di acara forum sekeren ini :-)  Sementara selama 2 jam acara ini, anak saya yang bungsu (4 tahun) tidur pulas di atas kursi dengan kepala di pangkuan saya. Oya, yang juga keren dari acara ini adalah adanya band yang sesekali membawakan lagu-lagu penyemangat sesuai dengan tema forum kali ini yang ingin menyemangati para orangtua untuk senantiasa menjaga atmosfir di rumah agar terus berperan sebagai surga dunia :-)

Acara forum selesai pada pukul 6 sore, dan perjalanan kamipun dilanjutkan dengan makan malam dan pergi menuju Jogya untuk menginap di rumah salah satu teman kami, Pak Yanuar Nugroho dan Mba Dominika Oktavira Arumdati (Mba Ira). Dan kami tiba di rumah Mba Ira hampir tengah malam, dan saat kami tiba disana, wooowww...i REALLY like this place!! Rumahnya kereeeeen banget...eksterior maupun interiornya kereeeen banget..kalau kata seorang teman: persis kayak rumah-rumah di Eropa yang berlorong-lorong :-) Ditambah teman kami ini sangat environment-friendly.. tidak heran rumah ini memiliki banyak bukaan sehingga pada siang hari cahaya matahari yang masuk ke dalam begitu berlimpah sehingga hampir sama sekali tidak memerlukan lampu sebagai penerangan di siang hari :-) Hebatnya, di depan rumahnya terpapar sawah seluas berhektar-hektar sebagai lahan beliau menanam padinya sendiri. Dan teman kami ini juga tidak menggunakan sabun dan syampo konvensional untuk kesehariannya, melainkan menggunakan lerak untuk mencuci piring dan menggunakan bahan-bahan alami lainnya sebagai pengganti sabun dan syampo :-)

Bagaimana kisah seru sebangun tidur di hari berikutnya? 

Bersambung...