horizontal banner

Monday 6 July 2020

Pendidikan Anak: Pengetahuan Akan Tuhan

Menurut Charlotte mason, pengetahuan nomer 1 yang harus kita ajarkan pada anak-anak kita adalah pengetahuan akan Tuhan. Dan yang dimaksud dengan pengetahuan akan Tuhan disini bukanlah sekedar ritual keagamaan ataupun fakta-fakta sejarah yang ada di dalam kitab suci yang harus dihafal oleh anak, melainkan erat kaitannya dengan hubungan. Hubungan antara dirinya dengan Sang Pencipta. Hubungan antara dirinya dengan Sang Bapa yang juga adalah kasih dan penuh kuasa.

Dan pihak yang mampu mengajarkan pengetahuan akan Tuhan kepada anak-anak kita, menurut Charlotte Mason, bukanlah guru, bukan juga pastor atau ustad, melainkan kita para orangtua. Mengapa orangtua? Karena justru dengan orangtuanyalah anak-anak banyak berinteraksi. Dengan orangtuanyalah anak-anak banyak berdiskusi berbagai topik. Dengan orangtuanyalah, anak-anak banyak melewati momen penting dalam kehidupannya. Dari interaksi, diskusi dan momen-momen sederhana namun penting itulah anak-anak mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai Sang Pencipta. Anak-anak kitapun tidak sekedar menghafal ritual keagamaan ataupun fakta-fakta yang ada di dalam kitab suci, melainkan justru yang jauh lebih penting, anak-anak dapat menikmati karya ciptaan Tuhan saat mereka berjalan-jalan menikmati pemandangan alam sekitar bersama ibu atau ayah mereka tatkala ibu atau ayah mereka membacakan sebuah puisi Indah yang menggambarkan keindahan alam ciptaan Tuhan. Saat itulah mereka bisa semakin memahami betapa menakjubkannya Tuhan kita dan betapa besar kasihNya kepada masing-masing kita. Dan saat itu juga anak dapat merasakan sukacita ilahi di dalam hatinya. Dan sukacita yang ia rasakan saat membina hubungan dengan Tuhan inilah yang disebut dengan pengetahuan akan Tuhan.

Kadang kita merasa bahwa pelajaran agama atau pengetahuan akan Tuhan merupakan tanggung jawab guru agama di sekolah, atau ustad di masjid, atau guru sekolah minggu di gereja.  Padahal guru ataupun ustad hanyalah berinteraksi dengan anak-anak kita selama 1 jam atau 2 jam per minggunya. Bagaimana guru dan ustad ini bisa menyelami pikiran anak-anak yang luar biasa ini? Sesungguhnya, anak-anak memiliki pikiran yang luar biasa, bahkan tak jarang mereka memiliki pikiran yang lebih menakjubkan dari orang dewasa. Dengan pikiran luar biasa seperti ini, sudah tentu pertanyaan-pertanyaan akan Sang Pencipta dan ciptaannya, surga dan neraka, konsep kebaikan dan kejahatan, akan bermunculan di benak mereka. Hanya orangtua yang mau menyediakan waktu untuk sama-sama membaca kitab suci bersama mereka, mau sama-sama belajar mengarungi kehidupan ini, dan mau sama-sama mempraktekkan apa yang mereka pelajari dalam kitab sucilah, yang mampu menumbuhkan pengetahuan anak-anak mereka akan Tuhan. Dan menurut serial Home Education Charlotte Mason vol. 6 , pengetahuan akan Tuhan disini memiliki 2 aspek, yaitu aspek keputusan untuk menerima Tuhan dalam kehidupannya, dan aspek kesadaran yang tumbuh lambat laun bahwa Tuhan turut campur dalam segala kehidupan manusia.

Bagaimana saya tidak jatuh cinta sama pemaparan Charlotte Mason ini? Disini saya betul-betul mendapatkan paradigma baru. Bahwa untuk menanamkan dan menumbuhkan pengetahuan akan Tuhan bukanlah dengan memberikan anak pelajaran dari pengetahuan yang intuitif, melainkan dari pengetahuan yang tersurat yang ada di kitab suci. Bagi saya dan teman-teman yang beragama Kristen, saat kita membaca Alkitab bersama anak-anak, sejatinya kita tidak membacakan anak Alkitab “versi anak-anak”, melainkan bacakanlah mereka langsung dari Alkitab yang sesungguhnya. Alkitab yang sesungguhnya sudah memiliki segala kesempurnaannya. Kita tidak perlu takut bahwa anak tidak akan mampu mengerti, atau anak tidak akan tertarik pada isi Alkitab. Sesungguhnya teks yang terdapat di dalam Alkitab sangatlah Indah, puitis dan jernih.

Betapa menakjubkannya pengalaman Goethe saat ia masih berusia 10 tahun dan sedang mempelajari bahasa Ibrani.  Saat ia sedang membaca Alkitab berbahasa Ibrani, iapun terpaku dengan gambaran imajinatif akan tanah perjanjian yang indah dan negeri-negeri yang mengelilinginya, manusia-manusianya, serta peristiwa-peristiwa yang menghiasi bumi ini selama ribuan tahun. Pengalamaan membaca Alkitab inilah yang lalu menjadi sumber ketenangan, sumber penghiburan, dan sumber kedamaian bagi Goethe.

Pemaparan di atas semakin memotivasi saya dan suami untuk semakin giat memperkenalkan anak-anak akan Firman Tuhan dan berusaha menghidupinya dari hari ke hari, jam ke jam.  Bagi yang beragama Kristen, terus selami isi Firman Tuhan baik itu isi Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Lakukan bertahap dan konsisten. Biarkan mereka menyerap hingga ke bawah sadar mereka gambaran panoramik tentang sejarah umat manusia melalui arketipe bangsa Yahudi hingga bagaimana orang-orang Kristen mula-mula mempertahankan iman mereka.

Dan apabila anak-anak melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang terlalu sulit, kita bisa memperkenalkan mereka dengan para penulis/penafsir kitab suci yang memang memahami akal budi anak-anak. Kita sebagai orangtua perlu berhati-hati dalam menyikapi pertanyaan sulit anak. Kita tidak perlu tergesa-gesa memberikan mereka jawaban final yang tidak boleh dibantah lagi. Dengan memperkenalkan mereka pada tulisan para penafsir yang mengerti akal budi anak, maka sedikit demi sedikit, kebenaran kitab suci akan tersingkap dan proses penyingkapan ini akan memantik pikiran anak dan memberi arahan dalam mereka berperilaku.

Dan Charlotte Mason selalu dan selalu meminta kita maupun anak-anak untuk menceritakan kembali apa yang kita baca atau dengar dari kitab suci. Dengan cara menceritakan kembali (bernarasi) seperti inilah, baik itu dilakukan secara lisan maupun tertulis, secara lantang maupun dalam hati, maka apa yang kita baca akan membekas dalam hati dan pikiran kita untuk waktu yang lebih lama ketimbang apabila kita hanya membacanya tanpa menceritakannya kembali.

(disadur bebas dari seri Home Education Charlotte Mason Vol 6 halaman 158  - 162)

 

No comments:

Post a Comment