horizontal banner

Monday 24 October 2011

Asuh Anak: Ujian Setiap Hari (2)

Nah, ini kelanjutan dari artikel saya "Asuh Anak: Ujian Setiap Hari (1)"...

1. Balaslah "kejahatan" dengan kebaikan..

Ketika anak saya memperlihatkan kelakuan yang seolah-olah "membangkang", saya pernah meresponnya baik dengan cara "keras" juga maupun dengan cara sesuai point no.1 ini. Ternyata memang seringkali pendekatan point no.1 inilah yang sering membuahkan hasil positif, tanpa penyesalan di kemudian hari karena telah melukai hati anak terutama ketika kita marah-marah tanpa kontrol yang baik. Memang tidak mudah dan ada "seni"nya untuk membalas "kejahatan" dengan kebaikan..namun ketika kita semakin lihai dalam hal ini, it's all gonna be worth it :) :)

2. Tegaslah..bukan bentak, apalagi teriak-teriak

Hehehe memang beda tipis yaa..malah kadang saya keceplosan teriak-teriak, tapi setelah anak saya pasang muka "tertegun", saya dalam hati masih suka bela diri dengan mengatakan ke diri saya bahwa saya hanya bersikap tegas.

Untuk point 2 ini memang juga butuh latihan. Yang pasti bedanya, kalau tegas itu muncul bukan akibat emosi negatif, melainkan akibat dari emosi terkontrol. Dan bukan akibat rasa sebel ke anak, melainkan akibat rasa kasih ke anak.

3. Mereka titipanNya..

Yes..itu kunci kenapa kita tidak mungkin bersikap "semena-mena", wong milik kita juga bukan..

4. Mereka cerminanmu..

Ini akan buat kita introspeksi diri terus..otomatis melatih diri kita menjadi manusia rendah hati juga ya..

5. Jadilah teladan, teladan, teladan..

Makanya saya percaya, ketika seseorang memutuskan untuk menjadi orangtua, disinilah ia memutuskan untuk terus belajar menjadi manusia yang lebih baik..Bagaimana tidak? Jika sebelum menjadi orangtua, ia adalah seseorang yang egois, yang moody dan sebagainya, maka ketika ia berstatus menjadi orangtua, sudah sewajibnya ia belajar menekan ego dan sifat moody-nya, karena ia tidak lagi "hidup" untuk dirinya sendiri, melainkan "hidup" untuk anaknya...Dan memang jangan pernah berharap anak kita kelak akan menjadi seperti ini, ini, ini, jika diri kita sendiri tidak berkelakuan seperti apa yang kita harapkan anak kita berkelakuan..

6. KONSISTEN

Yup, tidak ada gunanya kalau konsistensi kita dalam mendidik anak naik turun, metodenya berubah terus, penegakan disiplinnya setengah-setengah, mood kita berubah-ubah..yang ada anak hanya akan terbingung-bingung..Misalnya, ketika kita hendak melatih anak kita untuk tidur sendiri di kamarnya, akan sulit untuk berhasil apabila dua hari pertama kita konsisten melatihnya tidur di kamarnya meskipun ia bolak-balik ke kamar kita dan kita harus menemaninya kembali ke kamarnya dengan memberikannya pengertian misalnya, namun kemudian di hari ketiga kita kembali membiarkannya tidur di kamar kita. Inkonsistensi disini bisa menyebabkan anak kita melihat bahwa disini ia bisa "coba-coba" memberikan 1000 alasan agar ia tidak harus tidur di kamarnya. Alhasil, usaha kita akan lambat membuahkan hasil seperti yang kita harapkan.

7. Antisipasilah selalu

Ketika saya tahu persis bahwa anak laki-laki saya yang berumur 4 tahun tidak mungkin ditinggal berduaan dengan adiknya yang masih berumur 6 bulan, maka daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, saya melakukan antisipasi dengan selalu meletakkan si bungsu di box-nya, kemudian meminta si sulung untuk keluar kamar apabila saya hendak ke kamar mandi misalnya. Ohya, tentu saya kunci kamar tersebut terlebih dahulu agar saya dapat ke kamar mandi dengan tenang :)

8. SABAR..SABAR..SABAR

Point yang satu ini memang sengaja saya tulis dengan huruf kapital karena memang sifat yang satu ini menurut saya maha penting..menangani bayi maupun menangani balita sama saja: butuh kesabaran extra deluxe :) Dengan kesabaran, kita mau nggak mau belajar mengendalikan diri..dengan pengendalian diri, sekeliling kita akan dapat terkontrol dengan baik..dengan keadaan sekeliling yang terkontrol dengan baik, terciptalah suasana nyaman sehingga tidak ada pihak yang sakit hati terutama dalam hal ini anak. Otomatis yang awalnya kesabaran dibutuhan untuk meredam anak kita yang sedang "berulah", dengan suasana nyaman yang tercipta, anak kita pun akan berhenti "berulah"..Sebaliknya, jika kita tidak memiliki sifat yang satu ini, maka justru akan berujung negatif, kita akan kehilangan kendali dan kontrol, terciptalah suasana yang tidak nyaman bahkan menyebabkan sakit hati pada anak, dan meskipun nampaknya anak berhenti "berulah" akibat kemarahan kita, tak jarang dalam hati kecil dan alam bawah sadarnya, justru ia "mempelajari" bahwa kemarahan adalah cara kita mengingini sesuatu. Besar kemungkinan, anak kita pun kelak akan menggunakan cara yang sama ketika ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.

9. Bersyukur dan bersukacita senantiasa

Secapek-capeknya kita, sejenuh-jenuhnya kita, selalu ingat bahwa begitu banyaaaaak orangtua di luar sana yang begituuuuu merindukan kehadiran buah hati namun belum dititipkanNya...dengan terus mengingat hal ini, niscaya kita akan selalu bersyukur telah diberiNya kesempatan untuk membesarkan anak manusia dimana kita memiliki kendali penuh untuk menjadikan anak yang tadinya tidak berdaya kelak menjadi manusia yang luar biasa. Dasyat kan? Sooo...bersukacitalah senantiasa!

No comments:

Post a Comment