horizontal banner

Wednesday 26 October 2011

Latih Anak Tidur Sendiri

Tidur itu penting, ya buat orang dewasa, apalagi untuk anak-anak. Dengan kwalitas tidur yang baik, tentu akan berpengaruh ke vitalitas fisik anak, sehingga juga akan berdampak positif ke rasa percaya diri anak. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, anak akan mampu berkreasi, berinovasi, dan berani untuk melangkah menuju kesuksesan dalam hidupnya. 

Dalam artikel yang saya baca di www.sekolahorangtua.com , terdapat beberapa kasus dimana anak yang memiliki kwalitas tidur yang buruk, dapat berdampak buruk pada rasa percaya dirinya, sehingga tak jarang berakibat tidak baik pada prestasinya di sekolah. Selain itu, juga dapat mengakibatkan anak mudah gelisah, temperamental dan emosi negatif lainnya.

Salah satu hal yang dapat menyebabkan anak memiliki kwalitas tidur yang tidak baik adalah perubahan tidak wajar dari yang sebelumnya tidur bersama orangtua menjadi harus tidur sendiri. Yang saya maksud dengan "tidak wajar" disini adalah perubahan yang berlangsung terlambat, mendadak dan tidak kondusif. Contoh: anak remaja yang selama 15 tahun hidupnya tidur bersama ibunya dan kemudian secara mendadak harus jauh dari sang ibu dan tidur bersama temannya di kamar asrama, besar kemungkinan akan mengalami tidur yang tidak nyenyak. Kasus yang lain, anak kelas 4 SD yang biasanya selalu tidur bersama kedua orangtuanya, ketika mendadak disuruh tidur sendiri, mengakibatkan prestasi di sekolahnya menurun lantaran susah tidur sehingga tidak memiliki istirahat yang cukup.
Untuk mencegah hal-hal di atas, yang dapat kita lakukan untuk melatih anak-anak kita tidur sendiri adalah:

•Pertama-tama anak harus mengetahui bahwa ia akan tidur sendiri tanpa ayah atau ibu di sampingnya. Hal ini penting agar anak tidak selalu berharap bahwa orangtuanya akan selalu ada di sampingnya. 

•Temani ketika anak akan beranjak tidur. Sebaiknya kita ceritakan dongeng ataupun cerita bermoral lainnya sebelum anak kita tidur. Konsistenlah dalam hal berapa lama kita akan mendongeng setiap kali anak hendak tidur, sehingga hal ini akan menjadi sebuah rutinitas menjelang tidur yang sehat.

•Kita dapat tetap berada di kamar anak sampai ia tertidur, namun pastikan kita tidak melakukan kontak fisik dan kontak mata dengannya (kecuali ketika masih mendongeng). Bila perlu, Anda mengambil jarak dari ranjang anak. 

•Jika anak menangis dan mendekati Anda, angkat dan tidurkan di tempat tidur, kemudian Anda kembali pada posisi semula, demikian seterusnya. Jika Anda konsisten dan tegar, maka jeda waktu menemani anak sampai tidur, akan semakin sempit, artinya, anak akan semakin mudah tidur, hingga akhirnya Anda tidak perlu lagi harus menunggui lama di kamarnya. 

Tidak mudah memang melatih anak untuk tidur sendiri. Sesungguhnya, melatih anak tidur sendiri sama dengan melatih diri kita sendiri. Mengapa? Karena tidak jarang dalam kasus-kasus orangtua yang tidur bersama anaknya, sesungguhnya orangtualah yang memang ingin terus tidur bersama anaknya. Mereka susah untuk "melepas" anak-anak mereka untuk lebih mandiri. Jadi kita sebagai orangtua perlu mengingatkan diri sendiri bahwa anak tidak akan selamanya bersama dengan kita, sehingga kita akan lebih "menerima" bahwa sangatlah penting untuk melatih anak tidur sendiri.

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa ketika kita melatih anak tidur sendiri, jangan ciptakan kesan bahwa hal itu kita lakukan karena kita tidak ingin terganggu oleh si anak, namun, ciptakan kesan bahwa Anda sedang menghargai privacy si anak. Kesan bahwa pemisahan tidur sebagai alasan agar orangtua tidak terganggu akan menyebabkan anak merasa “diabaikan”, dan ini akan semakin menyulitkan proses pelatihan. 

Jadi para orangtua, belum ada kata terlambat, yuk kita latih anak-anak kita untuk tidur sendiri secara bertahap!

No comments:

Post a Comment