horizontal banner

Wednesday 5 October 2011

Kenapa Anak Saya Nakal?

Seringkali orangtua meng-klaim bahwa anaknya nakal, susah dibilangin, nggak bisa diatur dan seterusnya. Dan ujung-ujungnya bukannya introspeksi diri, sang orangtua malah terus-menerus menyalahkan sang anak. Apa iya anak nakal sepenuhnya adalah kesalahan anak itu sendiri? Tentu saja tidak, bukan?

 
Faktor yang sangat memegang peranan penting dalam membentuk karakter seorang anak adalah faktor lingkungan. Yup, sudah pasti orangtua memegang peranan paling penting dalam membentuk seorang anak.

Ketika orangtua sering mengelus dada sambil dalam hati menyalahkan sang anak tatkala melihat anaknya nakal, pertanyaan penting yang harus orangtua tanyakan pada diri sendiri adalah apakah saya telah cukup memahami anak saya? Yup, kan nggak mungkin dong anak yang diminta untuk memahami kita?:) Tentu kita yang harus memahami mereka: memahami tipe kepribadian mereka, memahami kebutuhan mereka, dan memahami wujud kasih sayang seperti apa yang mereka butuhkan.

Kenakalan pada anak terjadi, hampir selalu disebabkan kesalahan dalam proses komunikasi orangtua dan anak.  Komunikasi sendiri merupakan proses untuk mencoba memahami dan menyampaikan ide/perasaan kepada orang lain. Jika kita gagal berkomunikasi dengan anak, jika kita gagal terlebih dahulu memahaminya, jika kita gagal mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan wujud kasih sayang seperti apa yang didambakannya, anak akan mencari "cara" agar kita memahaminya, agar kita tahu apa yang dibutuhkannya, dan agar kita dapat memberikan wujud kasih sayang yang didambakannya. Sebagai contoh, jika kita tidak memahami bahwa anak kita adalah tipe "sensitif", jika kita tidak pernah bertanya dengan baik-baik apa yang ia butuhkan atau inginkan, jika kita tidak tahu apa yang membuatnya sedih atau risau, jika kita tidak tahu bahwa anak kita lebih senang diberikan rasa sayang yang berwujud pelukan dan ciuman ketimbang hadiah berupa barang misalnya, besar kemungkinan anak kita akan nampak "berontak", atau bahasa gampangnya: "nakal". Padahal, jika kita mau lebih memahaminya, mau lebih berkomunikasi dengannya, tanpa melulu mengedepankan ego kita sebagai orangtua sang pemegang otoritas, niscaya anak-anak kita akan lebih menghargai kita dan berhenti berbuat "nakal"..
 

No comments:

Post a Comment